Senin, 21 Januari 2013

Di ufuk barat cahaya mentari tampak membiaskan jingga. Aku yang masih duduk sendiri dalam kerinduan larut dalam lamunan, dan perlahan bulir-bulir bening mengalir di sudut mataku. Laki-laki gagah, berbadan besar dan tinggi itu selalu menjelma dalam ingatanku. Dulu, jika ku ingat akan dirinya, dengan segera ku raih handphoneku dan ku kirimkan seuntai kata rindu, ataupun ku cari di phone book dalam handphone ku yang bertuliskan “Lovely Papa” dan segera ku pencet tombol call di handphoneku. Seketika aku t’lah dapat membaca balasan singkat ataupun balasan sapaan “kenapa putriku sayang?” dari suara bass yang dimiliki papaku.

            Namun apa yang terjadi kini? Kemana ku dapat membawa rasa rindu ini? Terkadang tanpa sadar ku raih kembali handphoneku untuk dapat mendengar suara papa, dan akhirnya ku tersadar bahwa suara itu tak dapat kunikmati lagi dalam rindu ku. “Lovely papa” contact name dalam phone book ku itu tak kan pernah terganti hingga kini, paling tidak dengan melihat nama itu ku dapat sedikit menepis kerinduan itu.

            Sungguh tak pernah ku sangka sebelumnya, papa akan pergi secepat ini. Belum sempat ku berbakti sepenuhnya, belum sempat ku buat papa tersenyum karenaku. Aku tak dapat menolak apa yang telah ditadirkan oleh Tuhanku. Aku mengerti, bahkan sangat mengerti bahwa ada rahasia besar Tuhan di balik semua ini. Namun hati kecilku masih berharap dapat mendengar suara canda, tingkah lucu papa dalam gurauannya bersama mama, aku dan adik-adikku. Ku berdo’a dalam sujudku demi kebahagiaan papa dan kedamaian sejati baginya di surga Tuhanku.

           Dua tahun telah ku lalui tanpa adanya sosok seorang papa. Kerinduan itu sangat membekas di hatiku. Lihatlah pa…! Mama, aku dan adik-adik masih tetap bertahan demi cita-cita yang pernah kau cita-citakan. Kami akan tetap berdiri bersama kenanganmu. Kami akan tetap tersenyum membawa senyummu. Kami akan meneladani segala budimu. Itu semua kami lakukan karena kami sayang papa.

            Sebelum ku pejamkan mata di awal tidurku, ku tadahkan tangan dan ku tundukkan kepalaku dan kuucapkan sebait do’a
                        “Ya Allah, engkau satu-satunya Zat yang Maha Tahu di Jagad-Mu ini. Engkau yang Maha Tahu seberapa dalamnya kerinduanku akan kehadiran papa. Aku tahu bahwa aku tak dapat menikmati lagi kebersamaanku bersama papa dalam nyataku. Tapi izinkan aku memeluk dan menciumnya dalam mimpiku, hadirkan papa di mimpiku Ya Allah. Lindungi aku, dan keluargaku dalam tidur kami maupun di sa’at kami terjaga. Amin.”
            Sungguh, Tuhanku Maha mengabulkan, dalam tidurku, bayang papa selalu hadir bersama senyumnya. Namun, di sa’at itu aku selalu tersentak terbangun di malam yang masih erat memeluk sunyi, tangisku tak dapat ku tahan ketika aku tersadar dari mimpi itu dan aku tak dapat meraih papa ke dalam pelukku. Ketika itu aku ingin memiliki mimpi itu selamanya, aku tak ingin terbangun dari mimpi itu.

            Tuhan, berikanlah aku kekuatan dalam menghadapi semua ini, dalam menjalani apa yang harus ku jalani. Berikanlah kemudahan bagi kami dalam meraih cita-cita kami agar kami dapat membuat papa tetap tersenyum untuk kami di Surga-Mu. Lindungilah aku, mama, adik-adikku dan keluargaku. Tempatkanlah kami dalam Ridha-Mu Wahai engkau yang Maha Meridhai. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar